flpjateng

Mengatur Waktu bagi Penulis Sinta Yudisia


Banyak penulis yang punya kesibukan lain. Ada yang berprofesi sebagai pelajar, mahasiswa, guru, dosen, dokter, ibu rumah tangga atau yang lainnya.

Saya tidak  yakin ada orang-orang yang benar-benar berprofesi penulis 100% karena bagaimanapun, mereka adalah seorang ayah/ibu, seorang anak/menantu, seorang individu yang harus berinteraksi dengan tetangga. Atau kalaupun dia benar-benar individualis, dia juga harus bertanggung jawab pada dirinya sendiri : mencuci, beberes, makan, membaca dll.

So, sebetulnya, seorang penulis itu pasti punya kesibukan yang lain-lainnya.

Penulis itu seorang seniman. Karena seniman banyak berhubungan dengan kreativitas dan imajinasi, maka seringkali tidak  bisa disamakan gaya kerjanya dengan mereka yang bergelut di dunia ilmu pasti dan nyata. Misal seorang guru, harus ngajar 20 murid hari itu. Maka ia mengajar dan mengontrol 20 muridnya, termasuk apa saja PR dan performance murid-muridnya.

Apakah seorang penulis dikatakan produktif jika menulis 5000 kata perhari?

Apakah dia tidak  produktif jika selama sebulan tak  menulis sama sekali, tapi sibuk membaca dan mengobservasi?

Makna produktivitas akan sangat beragam, bila berkaitan dengan kuantitas dan kualitas. Ada penulis yang menghasilkan sedikit buku, tapi karyanya sangat laris di pasaran. Ada penulis yang menghasilkan banyak buku, demi memenuhi selera pasar yang beragam banyaknya. Mungkin karyanya tak best seller atau tak memenangkan penghargaan, namun kuantitas karyanya membuat pembaca punya banyak sumber informasi.

Nah, gimana sih cara penulis mengatur waktu?

  1. Rutin menulis.
    Sesibuk apapun kita, sempatkan menulis walau cuma 10 atau 20 menit. Kalau tidak bisa tiap hari, sediakan waktu tertentu yang terjadwal selama sepekan. Misal, hari Senin dan Kamis jadwal menulis 20 menit habis Subuh atau jelang tidur. Rutinitas ini juga akan membentuk skema hidup lebih terarah, sama seperti aktivitas-aktivitas lainnya.
  2. Fokus.
    Kalau sudah menulis, singkirkan hal-hal yang mengganggu. Lagu heboh yang buat terdistraksi, internet yang buat kita ingin sesekali buka youtube atau IG. Termasuk pilihan menulis. Kalau memang hari itu mau menulis cerpen, fokuslah. Tak usah menengok-nengok apa tulisan kita di novel. Tak usah buka-buka referensi yang tak berkaitan dengan cerpen.
  3. Persiapan.
    Mau nulis jam 20.00? Maka sebelumnya udah mulai berimajinasi kira-kira apa yang akan ditulis. Imajinasi ini bisa sambil jalan sebetulnya, misal sambil beberes rumah atau sambil mandi. “Kira-kira, scene berikutnya dari main character-ku apa ya?” Sembari mengerjakan sesuatu, pikiran kita bisa mempersiapkan ke tahapan menulis kreatif. Jadi, pas duduk di kursi, udah siap dengan bahan tulisan. Tentu, imajinasi sambil jalan ini tidak boleh dilakukan oleh orang yang absent minded ya.
  4. Menyepi.
    Memang, penulis itu butuh tempat khusus, menyendiri dan bahkan sesekali harus jauh dari orang-orang. Nah, kalau itu dibutuhkan, tentu perlu teknik khusus. Semisal, pulang kerja, lebih lambat 15 menit dari orang-orang yang lain demi menulis. Atau, ketika di stasiun/ bandara, kenakan headset untuk mendengar instrumentalia sembali menulis. Jika ada kesempatan ke luar kota, wah itu bagus sekali! Mungkin ikut pelatihan, atau tugas-tugas lainnya. Kesempatan menyepi sejenak ini bisa digunakan untuk menambah kualitas dan kuantitas tulisan kita.

Nah, itu beberapa tips bagi para penulis yang masih kesulitan mengatur waktu untuk menulis.

Memang, nobody’s perfect. Tidak pernah ada masa dan waktu sempurna untuk mengerjakan banyak hal, untuk mengerjakan hal-hal yang paling kita sukai. Memanfaatkan apa yang ada, right here right now, adalah bentuk syukur kita pada pemberianNya. Waktu dan tempat yang sempit semoga dapat dimanfaatkan menjadi sebaik-baik kesempatan.

Salam Ruang Pelita

Sumber :

https://ruangpelita.wordpress.com/2022/12/15/mengatur-waktu-bagi-penulis/

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama