SOLO – Naratif berasal dari kata narasi yang menghasilkan suatu cerita atau kejadian dalam runtutan waktu yang kompleks. Dalam naratif itu ada alur, tokoh, dan dialog, sedangakn naratif terstruktur itu seperti cerpen, novel yang rumusnya terdapat alur + tokoh + setting.
“Naratif bisa membantu mengurangi stres, karena terjadinya penyakit mental berpengaruh pada organ-organ yang lain, misalnya kalau kita dalam keadaan stres mampu marah sekuat-kuatnya,” ungkap Afifah Afra saat diminta menjadi pemateri di acara Pelatpulpen 14 Solo di Aula Dispersip (Dinas Perpustakaan dan Kearsipan) Solo, Ahad (17/7).Menulis naratif itu bisa menjadikan coping stress lewat tulisan, misal atlet melampiaskan kemarahanya lewat latihan yang giat.
“Menulis menceritakan runtutan kejadian sehingga otak kita diarahkan untuk birfikir logis, lalu kita bisa berperan menjadi hakim yang baik untuk diri kita sendiri dan akhirnya memberikan solusi. Sehingga menjadikan mental lebih sehat,” tambahnya.
Sementara itu Ranu Muda, Ketua FLP Solo mengatakan, Pelatpulpen (Pelatihan Kepenulisan dan Perekrutan) merupakan acara perekrutan anggota baru FLP Solo.
Kegiatan ini diadakan setiap setahun sekali dengan mengangkat tema yang berbeda-beda. Tahun ini Pelatpulen mengangkat tema,”Menulis Naratif untuk Kesehatan Mental Melalui Platform Digital.”
“Melalui kegiatan ini FLP Solo berharap akan muncul bibit-bibit baru penulis yang mampu memberikan karya berkeadaban menjadi solusi di masyarakat,” ujarnya.
Tidak hanya pada kegiatan tersebut, nantinya setiap bulan anggota baru akan mendapatkan materi yang spesifik seperti kepenulisan fiksi, non fiksi ataupun editing.
Menurut Ranu, di era digital ini penulis tidak hanya membuat karya di media cetak saja, tetapi bisa juga di dunia digital seperti menjadi content creator atau bahkan membuat copy writing yang saat ini sedang trend.
“Perubahan media kepenulisan telah bergeser. Namun sekali lagi kami pengurus tetap memberikan pedoman dasar kepenulisan. Kalaupun anggota baru ke depannya memilih bidangnya, ami tetap memberi kebebasan,” pungkasnya.
Selain mendengarkan materi dari Afifah Afra, peserta pelatihan diakhir acara juga mendapatkan mentoring dari senior pengurus FLP. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok dan di setiap kelompok ada 1 mentoring yang mendampingi untuk berdiskusi tentang FLP ataupun kepenulisan.